Abid
Ghoffard Aboe Dja’afar lahir di Wanadadi, Banjarnegara, 45 tahun silam.
Pria yang kini dikenal sebagai Ebiet G Ade ini adalah seorang penyanyi
dan penulis lagu yang karya-karyanya telah melegenda dan terkenal
dengan balada yang syahdu dan syair-syair sarat makna dari lagu-lagu
yang dibuatnya.
Setelah lulus SD, Ebiet kecil melanjutkan
pendidikan di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Namun
karena tidak kerasan, dirinya pindah ke Yogyakarta. Di Jogja, Ebiet
bersekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan SMA Muhammadiyah 1. Ebiet termasuk
siswa berotak encer. Namun ia tidak dapat melanjutkan perkuliahan di
Universitas Gajah Mada karena ketiadaan biaya. Akhirnya Ebiet memilih
untuk bergabung ke sebuah grup vokal.
Nama panggilan ‘Ebiet’
tersebut ada sejarahnya. Semasa SMA, Ebiet mengikuti kursus bahasa
Inggris di sekolahnya. Pada saat itu, gurunya yang orang asing
memanggilnya ‘Ebid’ alih-alih ‘Abid’. Dikarenakan pelafalan bule yang
berbeda dari pelafalan Indonesia (‘A’ dibaca ‘E’). Akhirnya lama
kelamaan teman-temannya lebih sering memanggilnya ‘Ebiet’. Sedangkan
nama ‘G Ade’ merupakan akronim dari nama lengkapnya, ‘Ghoffar Aboe
Dja’afar’.
Ebiet memasuki dunia seni di Yogyakarta sejak tahun
1971. Saat itu, dirinya bersahabat dengan sejumlah seniman Jogja yang
terkenal handal bermain kata. Mereka antara lain Emha Ainun Najib
(penyair), Eko Tunas (penulis cerpen) dan E.H Kartanegara (penulis).
Karir awal Ebiet sebagai penyanyi adalah dengan melagukan syair-syari
karya Emha Ainun Najib. Namun ketika masuk dapur rekaman, syair-syair
tersebut tak lagi dibawakannya.Hal ini karena Ebiet pernah disindir
oleh teman-temannya untuk membuat dan menyanyikan karyanya sendiri.
Ebiet
sendiri merupakan seorang pembuat syair puisi yang handal, namun ia tak
bisa berdeklamasi dengan puisi tersebut. Akhirnya ia mencari cara lain
untuk membacakan puisinya tanpa harus berdeklamasi. Yakni dengan
melagukannya.. Inilah cikal bakal Ebiet G Ade yang kita kenal sekarang.
Ebiet lebih suka disebut penyair ketimbang penyanyi. Ia dikenal tak suka mendengarkan musik hingga sekarang.
Pada
awalnya, Ebiet hanya tampil di panggung-pangung seputar Jawa Tengah dan
DIY saja. Awalnya hal tersebut hanya dilakukannya sebagai hobi semata,
namun desakan dari para sahabatnya akhirnya membut Ebiet bersedia
memasuki dunia rekaman.
Sekian lama tampil, Ebiet sempat berhenti
pada tahun 1990. Selama 5 tahun dirinya tidak pernah terlihat tampil
lagi di panggung musik. Pada tahun 1995, barulah ia kembali menyeruak.
Dua album ditelurkannya saat itu, yakni Cinta Sebening Embun – Puisi-Puisi Cinta, dan Kupu-Kupu Kertas.
Album Kupu-Kupu Kertas didukung oleh sejumlah musisi papan atas seperti
Ian Antono, Billy J. Budiardjo, Purwacaraka, dan Erwin Gutawa.
Pada tahun 1996, Ebiet kembali berkarya dan mengeluarkan album bertajuk Aku Ingin Pulang – 15 Hits Terpopuler. Selang dua tahun kemudian, sebuah album bertajuk Gamelan dirilisnya. Album ini berisi 5 lagu lama miliknya yang diaransemen ulang dengan menggunakan alat musik gamelan.
Pada
tahun 2000, Ebiet lagi-lagi merilis album, bertajuk Balada Sinetron
Cinta. Tak puas sampai di situ, ayah empat anak ini kembali berkarya
pada tahun 2001 dengan merilis album Bahasa Langit, yang didukung
sejumlah musisi seperti Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati.
Ebiet
menikah dengan Yayuk Sugianto pada tahun 1982 dan dikarunia 4 orang
anak. Salah satunya adalah Abietyasakti Ksatria Kinasih yang kini
menjadi manajernya.
Profil singkat :Nama : Abid Ghoffar Aboe Dja’far
Nama Beken : Ebiet G Ade
Tempat / Tanggal Lahir : Wanadadi, Banjarnegara / 21 April 1955
Status : Menikah
Istri : Yayuk Sugianto
Anak:
- Abietyasakti Ksatria Kinasih
- Adaprabu Hantip Trengginas
- Byatuasa Pakarti Hinuwih
- Segara Banyu Bening.
“Titip Rindu Buat Ayah
“Dosa Siapa, Ini Dosa Siapa
“Cita-Cita Kecil si Anak Desa
“Nasihat Pengemis Untuk Anak Istri & Doanya Untuk Hari Esok mereka
“Nyanyian Ombak
“Berjalan Di Hutan Cemara
“Hidup I (Pernah Kucoba Untuk Melupakanmu)
“Hidup II (Obsesi KP. I/203)
“Hidup III
“Hidup IV
“Lolong
“Kalian Dengarkan Keluhanku
“Camelia
“Pranala luar
“Berita Kepada Kawan
Namun salah satu yang akan dikenang sebagai karya terbesar Ebiet adalah lagu ‘Berita Kepada Kawan‘ yang liriknya sebagai berikut :
Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Lagu tersebut kini mulai sering berkumandang, sebagai latar belakang yang mengiringi dokumentasi bencana alam dan musibah yang sedang melanda Indonesia di beberapa daerah, antara lain Merapi, Mentawai dan Wasior.
Terus berkarya, bang Ebiet!!